“Pernah dengar istilah MDM?” tanya seorang teman. Yang dimaksud
teman itu pasti bukan “Mid Day Meal”, karena pada saat itu kami sedang
berdiskusi tentang teknologi informasi (TI). Bukan pula salah satu
metode diet terbaru untuk melangsingkan badan. Lantas, apa itu MDM di
lingkungan TI?
Jawabannya adalah
Mobile Device Management. Seiring laju perkembangan mobilitas saat ini, apalagi ketika mobilitas diikuti tren
Bring Your Own Device (BYOD), merangsek ke lingkungan korporasi atau
enterprise, lahir satu kebutuhan baru di lingkungan TI. Korporasi membutuhkan perkakas atau
tools untuk mengatur berbagai perangkat bergerak (
mobile), seperti ponsel pintar atau komputer tablet, sehingga
policy dan konfigurasi yang sudah ditetapkan departemen TI dapat diterapkan pada perangkat-perangkat tersebut.
Tools berbasis
software inilah yang kemudian dikenal dengan nama MDM.
Secara strategis, pengaturan BYOD dapat dilakukan melalui dua cara
pendekatan. Pertama, pendekatan Walled Garden. Biasanya dengan cara ini,
kontrol aplikasi atau media ada di tangan operator telekomunikasi.
Menurut saya, hal ini tidak sesuai jika diimplementasikan oleh
perusahaan besar.
Kemudian, ada pula pendekatan Enterprise Workspace. Nah, ini adalah
cara yang biasa dilaksanakan oleh perusahan, sehingga perusahaan
memiliki kontrol penuh terhadap semua perangkat, bahkan termasuk
aplikasi,
content, dan medianya. Hal ini tanpa mengorbankan kepentingan si pemilik perangkat bergerak.
Pemain Lama vs. Baru
Sekarang, mengapa perusahaan membutuhkan MDM? Jawabnya karena
tools ini dapat membantu perusahaan mengelola transisi dari komputasi berbasis
desktop ke komputasi
mobile
yang lebih kompleks; mengelola lingkungan komunikasi dengan tetap
mengedepankan faktor keamanan data dan informasi; dan mengelola layanan
jaringan, serta semua perangkat lunak plus perangkat keras dengan
berbagai platform atau sistem operasi. Pengelolaan semacam ini menjadi
makin penting karena tren
Bring Your Own Device telah menjadi
inisiatif yang mulai banyak dilirik perusahaan, bahkan pada saat ini
telah menjadi fokus di berbagai perusahaan besar.
MDM sebenarnya bukan barang baru. Perangkat lunak ini dapat membantu
pengelolaan peralatan korporasi maupun perangkat yang dimiliki pribadi
(BYOD), dan implementasinya dapat dilakukan pada
datacenter milik perusahaan, maupun melalui SaaS dan juga
cloud.
Siapa saja penyedia MDM? Ada banyak nama besar yang menawarkan MDM,
seperti IBM, SAP, Symantec, TrendMicro, McAfee, dan LANDesk. Namun,
menurut rilis terakhir evaluasi Gartner lewat Magic Quadrant nya,
nama-nama tersebut justru tidak termasuk dalam kategori “Leader &
Visioner”. Justru ada nama-nama baru yang disebutkan Gartner, seperti
MobileIron, AirWatch, dan FiberLink.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Saya rasa, itu karena adanya tuntutan
akan tataran mobile yang lebih updated. Sementara banyak dari para
pemain lama tersebut masih berkutat di “dua kaki”. Maksudnya, tools yang
mereka tawarkan dapat dipakai oleh dua jenis platform, yakni mobile
device dan notebook. Strategi seperti ini justru menimbulkan celah dan
kelemahan pada solusi yang ditawarkan pemain lama, ketika tools tersebut
dievaluasi hanya untuk perangkat bergerak. Sementara bagi pemain baru,
mereka benar-benar memfokuskan kemampuan tools-nya untuk berjalan hanya
pada perangkat bergerak, sepert smartphone dan komputer tablet saja.
Menyeluruh, MDM Taklukkan Multi OS
Aneka feature pada MDM akan sangat dibutuhkan oleh korporasi setelah
mereka masuk dalam platform baru, yaitu mobilitas. Sebenarnya ada
bermacam-macam software yang dapat memecahkan masalah seputar platform
mobile di lingkungan TI enterprise. Namun yang dibutuhkan adalah sebuah
solusi menyeluruh. Nah, di sinilah MDM menunjukkan peran yang signifikan
dalam mendukung kebutuhan mobilitas di perusahaan, akibat meningkatnya
permintaan para pengguna dan beragamnya perangkat bergerak yang ingin
mereka gunakan di lingkungan perusahaan.
Dulu, kebanyakan enterprise hanya menggunakan BlackBerry sebagai
perangkat mobile standar perusahaan. Walhasil hal ini tidak menyusahkan.
Pasalnya, orang TI cukup mengelola satu macam sistem operasi saja
sehingga lebih memudahkan mereka. Maka, MDM belum terlalu dibutuhkan.
Namun sekarang, perangkat mobile kian menjamur. Selain iPad, kita
juga mengenal berbagai perangkat berbasis Android, seperti yang dibuat
Samsung, HTC, Motorola, LG, Sony, Google, dan sebagainya. Perangkat
tersebut hadir dalam bentuk ponsel pintar maupun komputer tablet. Belum
lagi sistem operasi Windows Mobile 8 yang mungkin dirilis Microsoft
tahun depan. Untuk pengelolaan yang lebih efisien dan efektif, mau tak
mau perusahaan harus menggunakan satu sistem, yaitu MDM.
Untuk itu, MDM yang akan dipilih sebaiknya memiliki berbagai
kemampuan untuk mengelola dan mendukung aplikasi mobile, baik dari sisi
content (isi dan datanya) maupun sistem operasinya. Komponen apa yang
harus dimiliki sebuah solusi MDM? Antara lain, Configuration, Update,
Patches/Fixes, Backup/Restore, Provisioning, otorisasi software
monitoring, Transcode, Hosting, MEAPs (Managed Mobile Enterprise
Application Platforms), Development, dan sinkronisasi background.
Selain itu, MDM pun harus memiliki kemampuan Network Service
Management untuk mendapatkan informasi dari perangkat seluler dan
jaringan. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mengetahui lokasi
penggunaan Procurement dan Provision, Reporting, Helpdesk/Support,
Usage, Service, dan Contact. Adapula fungsi Hardware Management yang
mencakup manajemen aset, seperti provisioning dan support. Di dalam
fungsi ini harus ada Procurement, Provisioning, Asset/inventory,
Activation, Deactivation, Shipping, Imaging, Performance, Battery Life,
Memory, dan sebagainya.
Yang tidak boleh ketinggalan dan tidak kalah pentingnya adalah MDM
harus memiliki feature Security Management demi meraih pengetatan
keamanan perangkat, otentikasi, dan enkripsi. Feature ini umumnya
mencakupkan berbagai kemampuan, seperti Remote Wipe, Remote lock, Secure
Configuration, Policy Enforcement Password-enabled, Encryption,
Authentication, Firewall, Antivirus, Mobile VPN, dan sebagainya.
Nah, sebelum departemen TI kebanjiran permintaan user tentang
penggunaan perangkat mobile, sebelum para staf divisi Support Anda
angkat tangan melayani user, dan sebelum data perusahaan bocor karena
banyak pengguna menggunakan atau memindahkan data perusahaan ke layanan
semacam DropBox, sebaiknya bersiaplah dengan MDM.
Sumber: infokomputer